Tuesday, March 25, 2008

opini

“MUHAMMAD DAN MASYARAKAT SOSIALIS”

(Maulid Nabi Muhammad, Momen Rekonstruksi Paradigma)

Olah; Ali Ghafary N. Tuankotta

“Dan sesungguhnya pada diri rasul (Muhammad) itu,

terdapat suri teladan yang baik” (Q-S Al Ahzab: 21)

Menapaktilasi perjalanan panjang Muhammad SAW, adalah suatu keharusan, tatkala umat ini tengah sibuk dengan berbagai problematika kehidupan, berkutat dalam kubangan Lumpur kehinaan dan ketertindasan karena dekadensi moral keumatan, akibat terpatron dengan program westhernisasi (Baratisasi) yang marak dicanangkan melalui berbagai program media, baik media cetak maupun elektronik. Umat ini seakan kehilangan identitas dirinya yang terhempas dan entah dimana adanya?.

Muhammad SAW, saat kita berbicara tentang sosok agung ini, kita akan kembali pada masa 1400-san tahun silam, di semenanjung Arab, di bumi gersang nantandus, di sisi rumah Allah, di kota yang dijamin aman, Makkah tul muqarramah, satu sosok yang mampu menghentaskan penindasan yang telah mengakar dalam sendi-sendi kehidupan. Tatkala perbudakan menjadi marak, masyarakat makkah terfragmen atas kelas-kelas ekonomi, kesenjangan sosial mulai memperlebar jarak antara kaum miskin kota dan para budak belian dengan para pemilik modal. Muhammad hadir dengan sosok yang merakyat, tidak melihat kelas dalam pergaulannya, hal ini tergambar dengan kata-katanya “bila kau mencariku, maka carilah aku diantara orang-orang miskin”, padahal dia lahir dari keluarga terhormat dalam masyarakatnya saat itu.

Tak dapat dielakan lagi oleh siapapun, bagaimana Muhammad SAW dengan bimbingan wahyu-wahyu dan janji janji Allah tentang balasan kenikmatan bagi yang orang yang menolong sesamanya, mampu membawa masyarakat arab yang berwajah bengis dan gemar berperang menjadi masyarakat yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi, bahkan masyarakat sosialis tanpa kelas borjuis an Proletar ala Marxisme-leninisme yang anti kapitalisme pun telah terwujud saat itu. Muhammad memberikan satu konsep pemikiran masyarakat sosial dengan mendeskripsikan masyarakat sosial bagaikan satu tubuh manusia, bila satu anggota tubuhnya sakit maka, akan terasa sakit seluruh anggota tubuh yang lain. Ini adalah satu bentuk pemikiran sosialis yang sangat jauh ala Muhammad SAW dimana pemikirannya ini yang menjadikan dia menjadi musuh bersama kaum kapitalis klasik dan tuan-tuan tanah saat itu.

Kritik sosialnya tentang penindasan hak asasi manusia, dengan meletakkan dasar pemikiran bahwa semua manusia memiliki hakikatnya adalah sama, serta mengecam perlakuan sewenang-wenang masyarakat terhadap perempuan yang dianggap hina saat itu, adalah bentuk perlawanannya terhadap penindasan sekaligus menghilangkan pemikiran pragmatis tentang sosok Muhammad yang oleh barat sengaja dideskreditkan hanya sebagai seorang Nabi atau Rasul Allah, yang hanya boleh menjadi patron dalam masalah ibadah atau hubungan manusia dengan Tuhan. Padahal sosok Muhammad telah terdeskripsi sebagai sosok yang multikompleks dalam memberikan solusi untuk segala problema yang dihadapi oleh masyarakatnya saat itu.

Kesuksesan Muhammad dalam membentuk masyararakat tanpa kelas hingga di akhir perjalanan hidup dan perjuangannya, dengan mampu memanifestasikan masyarakat sosialis, tak lepas dari contoh teladan yang dia hadirkan di tengah-tengah masyarakatnya. Dimana kehidupannya tak lebih baik dari masyarakatnya saat itu, dia boleh ditemui dimana saja dan kapan saja, dengan tidak melewati protokoler yang rumit atau barisan pengawal yang memacu adrenalin. Dengan ketegarannya dalam memegang kebenaran dan kesempurnaan akhlaknya, telah menjadikan potret kehidupan Muhammad sebagai sosok seorang pemimpin dimata masyarakatnya saat itu, seakan tenggelam oleh sosoknya sebagai seorang sahabat yang bersahaja. Satu sosok agung yang telah Allah hadirkan kepermukaan bumi-Nya sebagai teladan dan rahmat bagi seluruh alam.

Saya akhiri tulisan saya ini dengan mengutip apa yang dikatakan oleh Tan Malaka. “dari semua agama-agama monoteisme, ajaran Muhammadlah yang paling konsisten dan lurus, hal ini menurut logika telah menempatkan Muhammad sebagai yang tertinggi diantara Nabi-nabi monotheisme”

Semoga salam dan salawat senantiasa tercurah padanya. Amin…..


ditulis di Makassar pada 21 Maret 2008



Comments: Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]