Wednesday, March 28, 2007

lembaga



Pelantikan dan Raker di Tanjung Bayam


Malam tak ditaburi bintang. Gelap ditelan temaram jelaga. Angin laut sepoi menyapa di kedinginan malam diselingi serak desiran ombak yang mengulum bibir pantai. Pasir hitam menghampar sepanjang jorokan pantai di pelupuk barat kota Makassar memperlihatkan kesabarannya sebagai takdir sunnatullah dalam sebuah permainan semesta yang berentah ujung pangkalnya. Diamnya adalah gumaman tahmid, pula persembahan kontestasinya di dalam permainan maharumit dengan pelbagai rona maujud yang berhembalang dalam spektrum yang entah ini adalah pagutan zikirnya di peraduan Sang Penguasa Semesta, Allahu Rabbi. Mengada sebagai butiran pasir adalah manifestasi kesyukuran dan perungkapan sembah takzim menari-nari di tengah pusaran cinta Allah al Jalaal. Tak ketinggalan rerantingan dan pucuk waru laut menari-nari dalam ekstase takzimnya menafakuri eksistensinya sebagai eksponen yang maha kecil, pula cericit burung yang meneduh mengendurkan gemulai otot dan sayap indahnya di sarang dan dahan pohon sambil menerawangi payung langit yang membisu. Riak-riak air laut yang bermandikan cahaya bulan sabit semilir mendesah telinga tiga puluhan mahasiswa yang asyik masyuk tenggelam dalam sebuah pilinan rasa yang menyemburat syahdu dari nampan ziarah maningkamu. Maningkamu sebagai perlekatan dan kait-mengkait silaturrahim tersimpulkan dalam ritualisme kelembagaan HIPPMAP.


Para mahasiswa itu datang dari berbagai lekuk dan sudut di kota makassar. Tempat kuliah pun berbagai rupa. Tapi yang jelas semuanya adalah mahasiswa asal Negeri Pelauw yang berada jauh di seberang lautan di Jazirah al Mulk, jazirah para raja, Moluccas, Provinsi Maluku. Sebuah negeri adat atau desa merujuk perundangan otonomi daerah yang disabdakan pemerintah. Negeri muslim sebagai ibukota kecamatan Pulau Haruku, bagian dari Kabupaten Maluku Tengah dan memiliki setting dan bunga rampai sejarah tersendiri, baik berkenan dengan sejarah penyebaran Islam pra kolonialisme di Jazirah al Mulk, sejarah kolonialisme-imperialisme Barat, sejarah cengkeh-pala, sejarah perlawanan dan kobaran jihad fisabilillah terhadap kolonialisme-imperialisme Barat, sejarah dinamika internal dalam Uli (dinasti) Hatuhaha dan potret sejarah lainnya yang pernah terukir di atas ceruk peradaban di Bumi Hatuhaha.


Acara dimulai dengan lirihan basmalah yang melonjak lugas dari semua peserta yang duduk bersila di ruangan sederhana berbentuk kotak berdinding kayu dan bermotif panggung, ditemani sekepal balon lampu putih yang cukup terang bergantung dalam diamnya di palfon menyorotkan semburat cahayanya, menebarkan senyum setianya hingga akhir acara. Master of Ceremony (MC) dari panitia, Lela Tuasikal, memandu acara pembukaan yang diisi dengan pembacaan ayat suci Al Qur’an (akhi Amroullah Latupono), laporan Ketua Panitia (Rahim Tuasikal), sambutan Ketua Umum demisioner (Lardi Tualepe), Sambutan Formatur/Ketua Umum defenitif (Rahim Tuasikal), Sambutan Majelis Pertimbangan Organisasi (Saleman Latupono) dan terakhir sambutan sekaligus membuka dengan resmi acara Pelantikan dan Rapat Kerja BP.HIPPMAP Periode 2007-2008 oleh Dewan Pelindung/Penasihat Organisasi (DPPO)(dr. M.Saleh Tualeka). Usai tahap sambutan, forum yang diliputi suasana tenang dan sakral ini dilanjutkan dengan pelantikan badan pengurus. Mereka dilantik oleh dr. M.Saleh Tualeka sebagai salah satu anggota DPPO. Disusul dengan doa (Fadhli Talaohu) dan penutup dengan alunan puja-puji syukur keharibaan Allahũ yâ kariĩm.

Rapat kerja sebagai agenda kedua berjalan dengan teratur diselingi dinamika forum yang kadang menegang dan menyontakkan impuls saraf untuk beradu argumen yang sengit. Dengan dikawal oleh Steering Committee (SC) sebagai pimpinan sidang sementara (Anwar Latupono dan Lardi Tualepe), forum menunjukkan geliat yang sehat dalam berdialektika hingga terpilihnya pimpinan sidang baru dalam bentuk presidium sidang, yakni Noerma Latuamury, Zulkifli Talaohu dan Almadani Talaohu. Rapat kerja usai sebelum jarum jam menombak angka enam, saat gemulai kerlingan mentari pagi malu-malu menyunggingkan senyum paginya di ufuk timur yang bermandikan awan putih. Pukul sembilan lebih, semua berkemas meninggalkan Tanjung Bayam menumpangi pete-pete menuju ke titik persembunyian masing-masing. Menuju kamar kost yang bau pengap semalaman dikunci rapat. Menuju pembaringan ditemani mimpi indah dan angan lempang sembari menanti kiriman uang dari Ambon. Tenggelam dalam rutinitas yang sunyi dan membosankan masing-masing. Pendulum waktu menunjukkan pijakannya di tanggal 25 Maret 2007.

Ditulis di Markas Ahakore, Tamalanrea, 28 Maret 2007
Rus'an Latuconsina

Comments: Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]